Candi Ganjuran Hati Kudus Yesus |
Berlokasi di Bantul, Jl. Ganjuran, Jogodayoh, Sumbermulyo, Kec. Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55764. Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran ini adalah bentuk akulturasi budaya bergaya Hindu-Budha-Jawa. Berjarak sekitar + 20 Km dari Kota Yogyakarta, Kompleks Gereja dan Candi Ganjuran terletak di sebelah selatan kota Yogyakarta, persisnya di dusun Ganjuran, desa Sumbermulyo, kecamatan Bambanglipuro, Bantul. Sekarang ini, komplek Gereja Ganjuran telah dikenal oleh umat Katolik di Indonesia sebagai tempat ziarah yang bernuansa jawa. Menjadi beda & unik karena kebanyakan tempat ziarah umat Katolik di Indonesia berbentuk Gua Maria.
Sejarah Gereja Ganjuran
Awalnya Sejarah berdirinya Gereja dan Candi Ganjuran diinisialisasi oleh keluarga Schmutzer. Gereja ini adalah gereja Katolik pertama yang didirikan di kabupaten Bantul.
Nuansa budaya Jawa yang digunakan Schmutzer dalam membangun kompleks Gereja Ganjuran. Hal ini merupakan bentuk proses adaptasi budaya. Sebagai seorang yang beriman Katolik, keluarga Schmutzer ingin menghidupi imannya dalam konteks budaya dimana mereka tinggal & tumbuh. Pengalaman iman, membuat Schmutzer membangun rumah sakit, membantu orang miskin, mendidik orang yang belum terpelajar dan mereka mengangkat martabat penduduk dengan mendukung penduduk Ganjuran untuk tetap melaksanakan adat-istiadat mereka walaupun perlahan-lahan diberi nilai-nilai Kristiani yang universal.
Umat Katolik dari berbagai daerah |
Perkembangan Gereja Ganjuran
Pada awalnya, komplek Ganjuran sekarang itu dulu adalah Pabrik Gula, pabrik gula Gondang Lipuro. Pada saat itu memang secara massal banyak pabrik gula didirikan atas kebijakan untuk menanam tanaman tertentu di Jogja, Sleman & sekitarnya. Nah, kalau dalam konteks Ganjuran, ini adalah Ladang Tebu. Dari situlah banyak karyawan, pegawai lokal yang direkrut. Seiring waktu berjalan kebutuhan akan ibadah bagi para karyawan pabrik gula dan masyarakat sekitar Ganjuran sehingga mendorong dibangunnya sebuah Gereja.
Berawal dari kegelisahan keluarga Schumtzer tentang pendidikan, kesejahteraan, kesehatan & juga rohani,mereka mencoba menjawab dengan mendirikan sebuah tempat ibadah yang nuansanya "related" dengan keseharian warga Ganjuran dan sekitarnya. Bercorak Jawa, dengan ornamen Hindu Budha. Dari situlah iman itu bertumbuh di kawasan Ganjuran. Tidak melulu kesejahteraan ekonomi, namun juga mengisi hidup dengan keimanan. Awalnya inkulturasi dalam gereja Katolik belum menjadi sebuah hal yang lumrah, namun Keluarga Schumtzer kemudian memohon ijin ke Tahta Suci Vatican untuk mendirikan Gereja yang bercorak Jawa. Ijin itu kemudian terbit, dengan beberapa poin penting, yaitu Altar boleh bermotif Jawa, termasuk Patung Hati Kudus Yesus. Tetapi bangunan masih bercorak Belanda. Pembangunan Gereja selesai pada tanggal 16 April 1924. Tepat 20 Agustus 1924, Vicaris Apostolik Batavia Mgr. J. M van Velsen hadir di Ganjuran untuk memberkati altar bercorak Jawa tadi.
Istriku duduk dikursi |
Terdapat sebuah relief di altar yang menggambarkan pepohonan, bunga, tiga burung pemakan bangkai & 2 rusa yang sedang minum dari sumber air yang memancarkan tujuh aliran air. Terdapat 2 buah patung malaikat bercorak jawa dalam posisi menyembah. Selain itu ada dua buah relief di kanan dan kiri gereja dengan bentuk Hati Kudus Yesus & bunda Maria.
Relief Hati Kudus Yesus ini menggambarkan Yesus sebagai Raja Jawa yang bertahta, sedangkan Relief Ibu Maria digambarkan sebagai Ratu Jawa yang sedang menggendong bayi Yesus yang masih kecil.
Tahun 1934 keluarga Schmutzer memutuskan untuk kembali ke Negeri Belanda dan menetap di Arnhem karena Julius Schmutzer jatuh sakit dan harus mendapatkan perawatan. Lalu pengelolaan pabrik gula diserahkan kepada seorang administratur yang ditunjuk oleh keluarga Schmutzer. Kepergian keluarga Schmutzer berdampak bagi para katekis awam karena sebelumnya semua fasilitas didapat dari keluarga Schmutzer. Mereka dengan mandiri untuk terus mengajar agama diberbagai tempat. Pastur yang berkarya di gereja Ganjuran juga tidak lagi mendapatkan fasilitas dari pabrik gula. Ganjuran memiliki 3 pastor yang berkarya sampai tahun 1934, yakni H. van Driessche, SJ, F. Strater, SJ, dan A. Djajaseputra, SJ. Kemudian Sekolah-sekolah yang dibangun oleh keluarga Schmutzer diserahkan kepada Yayasan Kanisius.
Tahun 1934-1940 merupakan masa persiapan Ganjuran menjadi sebuah Paroki yang diperjuangkan oleh pastor/romo A. Soegijapranata, SJ dan pastor A. Elfrank, SJ. Namun baru diresmikan menjadi sebuah Paroki pada tahun 1940 oleh pastor A. Soegijapranata, SJ yang juga ditugaskan menjadi Pastor Paroki Gereja Ganjuran yang pertama. Pada tahun 1942, dilakukan perluasan gedung ke arah barat dengan panjang 15 meter oleh pastor A. Soegijapranata, SJ. Hal ini disebabkan perkembangan umat Katolik yang besar disekitar Ganjuran, sehingga bangunan Gereja tidak lagi mampu menampung umat yang semakin banyak.
Bunda Maria & bayi Yesus |
Prasasti |
Akomodasi ke Gereja Ganjuran
Jadwal Misa Ekaristi Gereja Ganjuran:
Kesimpulan:
- Sejarah Gereja Katolik Hati Kudus Tuhan Yesus, Ganjuran adalah salah satu perjalanan rohani umat Katolik di Jawa. Memiliki ciri khas yang membedakan dengan Gereja Katolik lain.
- Akses menuju lokasi mudah, bisa lewat Jalan Samas atau Jalan Parangtritis
- Fasilitas umum lengkap, dari POM Bensin, Sekolah, Rumah Sakit & Fasum lainnya
- Menjadi tempat ziarah favorit umat Katolik di Indonesia
- Terdapat pusat oleh oleh & kuliner juga.
Tempat yang teduh & khusuk untuk menepi, berdoa